Forex Sebagai Diversifikasi Investasi Anda
Mungkin banyak orang pernah bertransaksi di forex atau yang biasa disebut valas. Namun masih banyak yang melakukan transaksi hanya untuk sekedar ber-travelling ke luar negeri. Yang benar-benar bertransaksi dengan tujuan investasi bisa dibilang masih minim jumlahnya.
Padahal bagi yang sudah tahu, return dari transaksi di instrument investasi satu ini begitu menggiurkan. Makanya jika Anda sebagai investor sejati sudah saatnya Anda menerjuni ‘dunia’ forex sebagai diversifikasi portofolio investasi Anda.
Forex atau foreign exchange merupakan transaksi terbesar di dunia. Pasalnya hampir di setiap segmen masyarakat di dunia ini pasti berhubungan dengan transaksi mata uang. Apalagi sebagai alat tukar negara, berinvestasi di forex sudah pasti sangat aman. Menurut pakar investasi forex yang juga Direktur Indonesia Investor, Oei Hartono, amannya berinvestasi di forex bisa dilihat dari nilai mata uang yang digunakan yang memang nilainya tak mungkin nol (baca: bangkrut), kecuali jika negara tersebut sudah hilang dari peredaran. Bahkan jika dilihat potensi keuntungannya dibanding investasi di saham dewasa ini, jelas berinvestasi di forex lebih menjanjikan.
Ya, di tengah market yang masih crash, semua orang tetap waspada berinvestasi di sektor saham. Apalagi pergerakan saham itu seharinya bisa puluhan persen, beda dengan forex yang masih di bawah 10 persen. “Forex yang merupakan alat tukar negara tentu bisa dijadikan patokan keamanan. Sedang saham hanyalah individual dari masaing-masing perusahaan. Nilai saham dengan kondisi aslinya (kenyataan) perusahaan belum tentu sama. Wah, batubara bagus neh, tapi begitu beli belum tentu bagus. Tapi forex itu mencerminkan langsung kepada negara, makanya pergerakan seharinya hanya 1-2 persen. Kecuali jika ada kudeta. Tapi kenapa masih banyak yang loss? Karena adanya faktor leverage yang tak dipahami, dengan modal kecil mereka ingin cepat kaya,” ujar Oei.
Makanya, kata dia, kalau orang serakah dalam berinvestasi biasanya prosesnya akan kilat. Sebab mereka tidak mengerti tujuan dari investment yang menganjurkan untuk diversifikasi. Jadi, jangan semua telor Anda ditaroh di keranjang yang sama. Karena jika Anda tahu ilmunya untuk investasi di forex Anda bisa mendulang profit besar. Makanya salah besar bila forex dikatakan berbahaya. “Justru alumni dari pendidikan saya banyak yang untung di forex, sehari bisa 10 juta. Jadi sudah saatnya kita alokasi dana kekayaan, jangan hanya maunya bermain di saham atau reksa dana, yang secara teori kalau market crash, uang Anda tidak akan bertumbuh, karena inflasi akan lebih tinggi. Makanya kita butuh risk management, kalau kita bisa risk management maka profit akan terus naik,” sarannya.
KONSEP LAVERAGE
Dalam forex itu intinya ada dua, buy dan sell. Lakukan buy, kalau Anda pegang dan kemudian naik, dan Anda untung. Bila pilih sell, lalu turun maka Anda pun untung. Ini berbeda dengan saham. Dalam transaksi forex, dengan modal misalnya, Rp 100 juta, Anda bisa pegang kontrak nominal Rp 1 miliar. Konsep inilah yang dinamakan leverage atau daya ungkit.
Konsep leverage jika dipahami akan menjadi teman baik bagi sang investor yang akhirnya dapat mendatangkan keuntungan yang besar. Begitu pun sebaliknya, jika tak paham dan asal menggunakan konsep ini akan menjadi bumerang. Makanya banyak orang yang mengatakakan forex berbahaya, karena daya ungkit yang tak dipahami itu. Bertransaksi forex dengan menggunakan leverage adalah, misal –dengan leverage 1:100– Anda cukup setor uang (baca: DP) sebesar 10 persen, tapi bisa langsung main dengan kontrak yang lebih tinggi.
Contoh, bila Anda ingin beli 10 ribu USD, Anda cukup taruh 1.000 USD (10 persen), maka Anda sudah punya hak memiliki 10 ribu USD. Inilah yang disebut leverage. Hampir sama dengan properti, misalnya, Anda beli rumah seharga Rp 5 miliar, tapi dengan membayar DP 10 persen Anda sudah bisa tinggal. Nah yang disebut bahaya itu adalah, bila Anda taruh uang Rp 100 juta tapi ingin main Rp 2 miliar. Sehingga –karena tidak paham– Anda bisa mengalami loss yang besar.
Jika mau main Rp 1 miliar, maka setor dulu sebesar Rp 100 juta. Jika Anda lihat, USD-Rupiah, misal nilainya Rp 10.000 tapi diprediksi USD akan naik maka sebaiknya Anda buy USD saja. Jika ternyata naik menjadi Rp 12.000, maka Anda untung Rp 2.000 karena selisih itu. Tapi kalau di-leverage berarti 2.000x10, maka untungnya bisa 20 ribu USD. “Bila dilihat untungnya 20 ribu USD kelihatannya untung 200 persen dari modal Rp 100 juta. Sebenarnya, Anda tetap untung 20 persen, ya karena Anda main di Rp 1 miliar. Sama dengan Rp 10.000 naik ke Rp 12.000, tetap untung 20 persen,” terang Oei.
Anda mungkin bertanya, kenapa 20 persen? Karena Anda baru setor Rp 100 juta. Coba kalau yang disetorkan hingga Rp 500 juta, profitnya bisa separuhnya. Di sini, dari real value uang asli Anda tetap, untung dari nilai mata uang tersebut, sebesar 20 persen. “Untung asli Anda tetap 20 persen dari fluktuasi nilai mata uang tersebut. Cuma karena Anda baru setor DP terasa cukup besar untungnya,” ungkap dia.
“Ibaratnya Anda baru beli mobil Rp 500 juta dengan DP 10 persen, tapi kemudian ada yang menawar Rp 600 juta, sehingga Anda tinggal over ke dia. Secara margin besar sekali untungnya, tapi secara value untungnya hanya selisih dari harga mobil. Inilah forex leverage. Modal kecilpun bisa, Anda pegang modal Rp 10 juta, bisa pegang kontrak Rp 100 juta. Prinsipnya sama Anda akan untung 20 persen.”
Sementara risikonya, kalau Anda setor Rp 100 juta cuma memaksakan untuk main 2 lot (atau Rp 2 miliar), berarti jika turun 1 persen, duit Anda akan berkurang Rp 20 juta. Nah, turunnya uang (modal) Anda itu berapa persen? Tetap 20 persen. Sedang bila dari Rp 2 miliar turunnya 5 persen, maka sama saja dengan Rp 100 juta, kalau begitu ya jelas uang Anda yang Rp 100 juta akan habis. Maka dari itu, jika cara tadi yang diterapkan, banyak orang yang main forex “nyawanya” tak lebih dari seminggu. Kalau Anda punya duit Rp 100 juta, ikut main 2 lot, cukup say good bye to your money.
“Jadi sekali lagi, leverage itu kalau Anda mengerti akan menjadi best friend, kalau tidak ngerti ya jelas bunuh diri. Forex model ini sebenarnya risiko Anda terbatas di marjin. Kenapa? Karena Anda tidak boleh hutang, di-lock margin Anda di bawah,” tegas dia.
HINDARI LOOSING PHSYCOLOGY
Faktor psikologi dalam bermain forex sangat lah penting, karena hal ini mempengaruhi sukses-tidaknya bertransaksi forex. Dari beberapa data, hampir 90 persen investor forex yang mengalami kerugian, hanya sisanya yang bisa mendulang profit.
Dan ternyata, dari yang mengalami loss itu 99 persennya mempunyai perilaku atau mental yang sama, yaitu kurangnya informasi di dunia investasi, tidak pernah mengikuti mentoring, selalu megandalkan orang lain, bersikap spekulan, dan tidak tahu apa yang dilakukan, mereka tidak tahu stick apa yang digunakan. Mereka berpikir, jika sedang turun pasti akan naik, begitu pun sebaliknya. Sehingga terus bermain. “Padahal kenyataannya di forex tidak begitu,” ingatnya.
Biasanya, kata dia, penyebab loss itu karena mereka sering melakukan, buy high-sell low, buy low-sell lower, buy low-sell high (akibat pengaruh teman). Jelas itu pola pikir yang salah. Sehingga, soal buy dan sell-nya saja selalu di waktu yang salah. Karena pada dasarnya, trading di forex itu 60 persennya psikologi, 40 persen fundamental dan teknikal. “Dalam trading itu semuanya probabilitas sistematik dan dapat dihitung, tidak ada hubungannya dengan hal-hal mistis. Makanya harus memiliki winning pshycology.”
Termasuk juga jangan seklai-kali menggunakan strategi hope, karena tidak ada gunanya berharap dalam instrumen investasi. Pasalnya di dunia investasi ada yang namanya big player, mafia, dan orang-orang yang tak paham. Orang yang seperti ini yang akan ‘diinjek’. Makanya, dianjurkan pula untuk menggunakan stop loss saat ber-trading, sekadar berjaga-jaga.
Kebanyakan mereka yang mengalami loss saat trading akibat tak menerapkan stop loss. Saat turun dia tetap ngotot nanti juga bakal balik lagi (naik). “Padahal kita harus tahu kapan trading kapan tidak. Istilahnya wajib memiliki tiger hearth, kapan harus menunggu kapan harus menyerang,” saran dia.
Mental yang salah ini terlihat juga saat orang mengalami posisi menang dan kalah. Kebanyakan orang, kalau menang merasa takut, takut untungnya tak kelihatan lagi, sehingga langsung di-close. Tapi ketika kalah tidak begitu, malah bersikap serakah berharap akan kembali naik, sehingga loss-nya gede-gedean. Ini yang kemudian disebut, ‘mental menang 30 persen, kalah 300 persen.’
Makanya Oei menyarankan, agar profit yang didapat lebih besar, intinya adalah tingkat rasio menang harus lebih tinggi dari rasio kalah, baik dari segi teknikal, fundamental, maupun poin, dan yang lebih penting lagi dari segi probabilitas. “Jadi, bila Anda klik buy, berarti Anda harus yakin bahwa 99 persen market akan naik, kalau tidak dan ternyata turun itu spekluasi namanya. Biasanya kalau lagi naik orang akan klik sell, jangan begitu harus klik buy,” saran dia lagi.
Di akhir percakapan, Oei mengutarakan ke depannya mata uang China sangat prospektif untuk dijadikan landasan bertransaksi forex. Diprediksi remimbi bakal menggeser USD nantinya. “Memang saat ini yang masih kita anjurkan USD. Tapi kalau punya banyak uang belilah remimbi. Karena mata uang China ini sudah underdevalued,” pungkas dia.
Posting Komentar untuk "Forex Sebagai Diversifikasi Investasi Anda"